PPRBM Solo: Inklusi dan Inovasi Tiada Henti

Program Pendampingan Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat

Pendampingan terhadap ODDP Desa Mertasari Purwanegara yang kondisi tidak stabil melalui kunjungan rumah dan pendampingan untuk mengakses layanan kesehatan di Puskesmas,

DIGNITY INKLUSIBERITA

Hanafi Slamet Sugiarto (CO PPRBM Solo Kab. Banjarnegara Program Dignity Inklusi)

2/12/20253 min read

Ket. Proses pendampingan ODDP untuk mengakses layanan kesehatan di Puskesmas

CO PPRBM Solo Kab. Banjarnegara bersama PemDes Mertasari melakukan pendampingan terhadap Purwanto (Ketua SHG Mertasari, ODDP) yang mengalami ketidakstabilan akibat tidak teraturnya minum obat dan faktor pemicu dari internal keluarga. Purwanto menyebutkan bahwasannya efek samping dari obat dari Puskesmas yang selama ini dikonsumsi mengganggu aktivitas keseharian (lemas dan mengantuk). Selama ini, dari Bapak Edi selaku Kadus 2 Mertasari yang mengambil obat di Puskesmas.

Ketidaktahuan keluarga dalam pengawasan minum obat (PMO) Purwanto ditambah kondisi internal keluarganya yang memicu Purwanto mengalami ketidakstabilan. Maka mengingat pola dan trend tersebut, perlunya pendampingan dan kehadiran pihak-pihak terkait termasuk peran sentral keluarga

Ket. Kunjungan ke Rumah Mas Purwanto bersama
Pemerintah Desa Mertasari dan Mahasiswa KKN

Dari kunjungan rumah dan setelah melakukan banyak diskusi dan komunikasi bersama Mas Purwanto dan keluarga, tantangan yang muncul yaitu :

  • Kurangnya edukasi Keluarga/ Caregiver dan pengawasan minum obat;

  • Keluarga cenderung lepas tangan dikarenakan sudah terlalu mempercayakan kepada pihak PemDes, padahal setiap elemen sangat berperan penting;

  • Mitigasi manakala ODDP relaps (Keluarga dalam menyikapi dan peran stakeholder terkait);

  • Belum semua ODDP di Desa Mertasari dapat melakukan kontrol rutin ke Faskes (Fasilitasi Desa masih terbatas) ;

Yang Terlibat dalam proses pendampingan ini yaitu :

  1. PemDes Mertasari

  2. Programmer Keswa Puskesmas 1 Purwanegara

  3. CO PPRBM Solo Kab. Banjarnegara

  4. Poli Jiwa RS Islam Bawang, Banjarnegara

  5. Perwakilan KKN Unsoed Purwokerto

Strategi yang digunakan guna menyikapi tantangan:

  1. Memberikan edukasi bagi keluarga/ caregiver, PemDes dan Masyarakat mengenai isu disabilitas mental khususnya pengawasan minum obat;

  2. Perlunya SOP dan mekanisme kontrol lingkungan dalam memitigasi ODDP yang relaps;

  3. Peningkatan kapasitas tentang Keswa bagi SHG dan komponen di Desa khususnya.

  4. SHG Mertasari bersama jejaring, pendamping dan stakeholder lain turut mengadvokasi para ODDP-PD yang membutuhkan layanan khususnya Kesehatan.

  5. Fasilitasi PemDes terhadap ODDP untuk kontrol rutin di Faskes (Tingkat 1 atau Tingkat 2).

Ket. Proses layanan kesehatan yang diterima mas Purwanto di Puskesmas

Sumber daya yang diperlukan guna menjalankan strategi:

  1. Home Visit, mengecek dan mengonfirmasi kondisi ODDP;

  2. Anggaran dan Kebijakan dari PemDes yang berpihak pada ODDP-PD di desa;

  3. Melibatkan mitra terkait sesuai bidang dan tupoksinya untuk berperan aktif agar hak-hak dasar ODDP-PD terpenuhi;

Ket. Kunjungan ke Rumah Mas Purwanto untuk menindaklanjuti perkembangan kesehatan

Proses dalam mendampingi ODDP yang kurang stabil atau bahkan relaps membutuhkan peran serta stakeholder terkait. Penguatan kapasitas bagi SHG dan stakeholder terkait menjadi penting agar tindakan yang diambil sesuai dengan Undang-Undang dan tetap mempertimbangkan aspek P5HAM (Pemajuan, penegakan, pelindungan, pemenuhan, dan penghormatan Hak Asasi Manusia).

Kepercayaan keluarga terhadap PemDes dan stakeholder lainnya dalam mengadvokasi ODDP perlu diimbangi dengan peran serta keluarga itu sendiri. Sebagai orang terdekat yang memiliki peran penting, sehingga dapat mengawasi khususnya dalam minum obat dan menyupport anggota keluarganya yang ODDP. Tingginya stigma Masyarakat terhadap ODDP-PD di desa menjadi PR bersama agar kian teredukasi dan stigma dapat berkurang. Harapan melalui hadirnya SHG/ Kelompok Difabel Desa (KDD) Mertasari menjadi wadah bersama untuk berproses dan memperjuangkan hak-hak disabilitas di desa.

Kehadiran Pemerintah Desa dan pemangku kebijakan terkait menjadi support system yang dapat menciptakan lingkungan yang inklusif bagi sesama. Kesehatan Jiwa bukanlah hal yang tabu dan nyata di sekeliling kita. Maka perlunya kepedulian sesama diimbangi dengan proses belajar agar tidak hanya meningkat secara pemahamannya tapi juga mengajak terlibat dalam kebajikan Sosial.

Hanafi Slamet Sugiarto

CO PPRBM Solo Kab. Banjarnegara Program Dignity Inklusi